Asal mula kamera EOS
EOS adalah singkatan dari Electro Optical System yang
berarti sistem optik yang memiliki rangkaian elektronik. Canon pertama
kali memperkenalkan kamera film EOS pada bulan Maret 1987 dengan
meluncurkan EOS 650 dengan kemampuan auto fokus. Kamera EOS memiliki mount EF, sehingga Canon mendesain lensa khusus untuk mount EF dengan nama lensa Canon EF, dan semua lensa EF ini pasti kompatibel dengan kamera EOS.
Kamera EOS Digital
pertama dari Canon adalah EOS DSC 3 dengan sensor CCD 1,3 MP (kerjasama
dengan Kodak) dan tahap penting dalam manufaktur EOS ada saat Canon
akhirnya bisa memproduksi sendiri kamera EOS dengan meluncurkan EOS D30
pada tahun 2000 dengan sensor CMOS beresolusi 3 MP. Sebagai prosesor
dari EOS Digital, digunakanlah prosesor dengan nama Digic yang kini sudah mencapai generasi ke empat.
Kamera Canon sebelum 1987 memiliki mount FD
yang hanya cocok untuk lensa Canon FD. Lensa FD (lihat contoh di atas)
hanya bisa manual fokus dan lensa FD ini tidak bisa dipasang di mount
EOS karena berbeda bentuk dan ukuran. Hal ini berbeda dengan sistem
Nikon dimana semua lensa Nikon sejak jaman dahulu masih bisa dipasang di
DSLR Nikon terbaru.
Transisi dari mount FD ke mount EOS
menjadi saat-saat bersejarah Canon yang penuh kritik dan terkesan
spekulatif. Namun akhirnya kini Canon berhasil menikmati hasilnya karena
transisi berjalan sukses dan Canon menebusnya dengan memproduksi banyak
lensa khusus mount EF untuk sistem EOS Digital yang berkualitas.
Lensa EF dan EF-S
Lensa EF (electrofocus) adalah lensa buatan Canon yang memiliki mount
EF sehingga pasti kompatibel dengan kamera EOS. Lensa EF bisa dipasang
di bodi SLR Canon EOS film (35mm) maupun di bodi EOS digital apapun,
baik dengan sensor full frame, APS-H maupun APS-C. Lensa EF kini memiliki banyak varian baik jenis prime (fix) ataupun zoom. Bahkan lensa kelas mewah dari Canon juga banyak diproduksi yaitu lensa dengan kode L-series (luxury)
yang memiliki ciri ada gelang merah di ujungnya. Lensa L series ini
memiliki kualitas optik yang prima dan kemampuan menahan gangguan cuaca
berkat adanya weathersealing didalamnya.
Pada
tahun 2003 Canon meluncurkan DSLR EOS 300D (Digital Rebel) dengan lensa
kit EF-S 18-55mm. Inilah pertama kalinya diperkenalkan lensa EF-S dalam
sejarah Canon. Lensa EF-S memiliki diameter image circle yang
lebih kecil dari lensa EF, didesain khusus untuk DSLR dengan sensor
APS-C sehingga lensa EF-S tidak bisa dipakai untuk kamera EOS film 35mm.
Adapun antara lensa EF dan EF-S pada dasarnya memiliki bentuk mount
yang sama dan juga kontak elektronik yang sama, jadi kamera EOS Digital
dengan sensor APS-C bisa saja dipasangi lensa EF (tidak harus lensa
EF-S). Tapi lensa EF-S tidak semestinya dipasang di kamera EOS Digital
dengan sensor yang lebih besar dari sensor APS-C karena meski bisa
dipakai tapi akan menghasilkan lingkaran hitam di tepi gambar (vignetting) karena diameter lensa EF-S yang lebih kecil.
Huruf ‘S’ pada kode EF-S sendiri adalah singkatan dari Short (back focus), maksudnya lensa EF-S memiliki jarak yang lebih dekat antara lensa dengan sensor.
Kini di pasaran tersedia banyak lensa EF dan juga EF-S. Bila anda berencana akan memiliki DSLR EOS dengan sensor full frame seperti
EOS 5D mark II, maka carilah hanya lensa EF saja. Namun bila anda
merasa cukup puas dengan DSLR EOS sensor APS-C seperti EOS 550D, EOS 60D
atau EOS 7D, maka lensa EF-S bisa jadi pilihan.
Sistem auto fokus kamera EOS
Pada
prinsipnya auto fokus (AF) di kamera EOS memakai motor AF yang ada di
lensa, dengan kata lain semua lensa Canon EF memiliki motor AF
didalamnya. Hal ini berbeda dengan Nikon yang memiliki motor AF di bodi
kamera (meski tidak semua DSLR Nikon punya motor AF), dengan kata lain
tidak semua lensa Nikon punya motor AF. Namun Canon tidak memperlakukan
setiap lensanya dengan sama, dimana lensa murah dan lensa mahal
diberikan motor AF yang berbeda jenis dan kualitasnya.
Terdapat dua jenis motor di lensa Canon, yaitu :
- motor AFD (arc-form drive) atau micromotor drive -> untuk lensa murah
- motor USM (ultrasonic motor) -> untuk lensa mahal
Motor AFD merupakan motor mikro yang
konvensional dan murah. Didalamnya terdapat koil magnet yang berputar
bila dialiri tegangan listrik. Motor ini bersuara berisik saat sedang
berputar dan kecepatannya pun sedang-sedang saja. Perhatikan kalau lensa
Canon EF/EF-S yang tidak diberi label USM artinya motor di dalamnya
memakai sistem AFD (bedakan dengan lensa Nikon AF-S yang pasti sudah
memakai motor SWM).
Motor USM
merupakan tekolonogi baru yang menggerakkan motor dengan gelombang yang
memberikan kecepatan lebih tinggi namun dengan suara yang lebih halus.
Namun lagi-lagi Canon membagi lensa dengan teknologi USM ini kedalam dua
kelompok, yaitu lensa USM untuk lensa mahal dan USM untuk lensa yang
biasa.
Adapun dua jenis motor USM di lensa Canon, yaitu :
- USM berbasis ring untuk lensa mahal (lihat contoh gambar di atas)
- USM berbasis micromotor untuk lensa yang lebih murah
Perbedaan keduanya ada di prinsip kerja dan kemampuan manual fokus instan (FTM : full-time manual).
Pada lensa USM berbasis ring, kita bisa langsung memutar ring manual
fokus kapan saja kita mau. Jadi berpindah dari auto fokus ke manual
fokus bisa dilakukan langsung tanpa memindah tuas AF ke MF. Bila memakai
lensa non USM atau lensa USM murah (dengan micromotor), kita harus memindahkan tuas AF ke MF baru memutar ring manual fokus.
Lensa
dengan kode USM atau bukan tidak akan berpengaruh pada kualitas optik,
karena USM hanya menandakan sistem kerja motor AF saja. Bila anda dalam
keseharian sering memotret benda yang bergerak, atau ajang olah raga dan
perlu kinerja tercepat dari sistem AF lensa Canon, maka pilihlah lensa
dengan teknologi USM didalamnya.
Mode dial khas Canon
Canon
EOS Digital memiliki mode dial yang tidak banyak berbeda dengan
kebanyakan kamera DSLR lain. Terdapat satu mode Auto, lima mode kreatif
dan beberapa preset untuk kondisi yang spesifik (basic zone atau scene mode). Sekilas penjelasan tentang mode kreatif yaitu :
- P (Program) : seperti mode Auto tapi kita bisa beralih dari beberapa kombinasi aperture dan shutter yang mungkin
- Tv (Shutter Priority) : kamera menentukan setting terbaik, sementara kita menentukan berapa kecepatan shutter yang akan digunakan
- Av (Aperture Priority) : kebalikan dari Tv, kita menentukan bukaan diafragma sementara kamera mengatur kecepatan shutter yang sesuai
- M (Manual) : kendali akan shutter dan aperture murni pada kita sebagai pemakai
- A-DEP (Depth of Field/DoF Preview) : kamera akan memakai bukaan terkecil (stop down) untuk preview DoF (karena mengurangi cahaya yang masuk maka tampilan di viewfinder akan menjadi agak gelap).
Lampu kilat
Canon EOS memiliki sistem lampu kilat dengan teknologi E-TTL (Electronic Through-The-Lens).
E-TTL sendiri merupakan proses pengukuran cahaya (metering) melalui
lensa sehingga bisa ditentukan berapa intensitas lampu kilat yang
terbaik untuk tiap kondisi pemotretan. Hal ini akan menghindarkan hasil
foto yang terlalu gelap atau terlalu terang saat menggunakan lampu
kilat, baik saat memotret memakai lampu built-in ataupun eksternal.
Algoritma E-TTL Canon dilakukan berturut-turut yaitu :
- Saat tombol rana ditekan setengah, proses auto fokus dan metering (mengukur cahaya sekitar) dilakukan.
- Lampu pre-flash akan menyala, pantulannya kembali diukur oleh kamera.
- Dari situ kamera menghitung dan membandingkan dua hasil pengukuran sebelumnya.
- Saat tombol ditekan penuh, cermin terangkat, shutter membuka dan lampu kilat menyala.
- Shutter kembali menutup, cermin kembali turun dan hasil foto tampil di layar LCD.
Untuk lampu kilat eksternal, Canon juga menggunakan teknologi high speed sync (FP mode) dan wireless mode.
FP mode memungkinkan pemakaian lampu kilat eksternal dengan kecepatan
shutter diatas kecepatan sync maksimum kamera, dengan cara lampu akan
terus menyala dengan interval 50 kHz selama shutter terbuka. Hal ini
cocok dipakai untuk melawan backlight meski konsekuensinya dapat menguras baterai lampu kilat. Wireless mode memungkinkan pengaturan beberapa lampu kilat sekaligus secara nirkabel, dengan satu commander dan beberapa slave. Komunikasi antara sistem lampu kilat memakai gelombang Radio Frequency (RF).
Produk lampu kilat terbaru yang pasti kompatibel dengan kamera EOS digital diantaranya :
- Speedlite 580EX II (4 baterai AA - GN 58)
- Speedlite 430EX II (4 baterai AA - GN 43)
- Speedlite 270EX (2 baterai AA - GN 27)
Segmentasi produk
Kamera
DSLR Canon EOS terkenal akan segmentasi produk (diversifikasi) yang
jelas. Secara umum EOS Digital terbagi tiga kelompok yaitu kamera kelas
pemula (juga diberi nama Digital Rebel), kelas menengah dan kelas pro.
EOS kelas pemula :
Inilah
EOS yang biasa diincar oleh para pemula, untuk dokumentasi keluarga
atau untuk sekedar menyalurkan hobi. Kamera EOS pemula ini berukuran
kecil, berbahan plastik, memakai pentamirror untuk prismanya, tidak memiliki LCD di bagian atas, minim tombol dan kinerja burst yang pas-pasan.
Saat ini di pasaran ada tiga produk EOS Digital di kelas pemula yaitu :
- EOS 1000D (10 MP, live view)
- EOS 500D (15 MP, HD movie)
- EOS 550D (18 MP, HD movie)
EOS kelas menengah :
Inilah
EOS untuk para fotografer serius yang lebih dari sekedar hobi atau
untuk mendukung profesimya. Kamera EOS kelas menengah punya bodi yang
lebih kokoh (bisa fiber atau magnesium), sudah memakai pentaprism
untuk prismanya, dilengkapi bermacam tombol akses langsung dan layar
LCD tambahan di bagian atas. Fitur kamera kelas ini pun semakin lengkap
dan punya ergonomi yang lebih nyaman.
Pilihan produk EOS di kelas ini adalah :
- EOS 60D (18 MP, HD movie dengan layar LCD lipat)
- EOS 7D (18 MP, HD movie, inilah kamera EOS tercanggih di kelompok sensor APS-C, sekaligus pengganti EOS 50D)
- EOS 5D mark II (sensor full-frame 21 MP, HD movie)
EOS kelas pro :
Inilah
EOS untuk fotografer profesional yang berkecimpung di dunia bisnis
fotografi seperti studio, produksi iklan maupun jurnalis olahraga.
Kemera EOS kelas pro ini punya bodi yang besar (sehingga tidak perlu
lagi memasang vertical grip), kinerja tertinggi, titik AF yang berlimpah (45 titik) dan punya sensor besar.
Dua produk elit Canon di kelas ini yaitu :
- EOS 1D mark IV (sensor APS-H 16 MP, HD movie)
- EOS 1Ds mark III (sensor full-frame 21 MP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar