Rizkyblog's - Aksi-aksi kekerasan dapat
terjadi di mana saja, seperti di jalan-jalan, di sekolah, di
kompleks-kompleks perumahan, bahkan di pedesaan. Aksi tersebut dapat
berupa kekerasan verbal (mencaci maki) maupun kekerasan fisik (memukul,
meninju, dll). Pada kalangan remaja aksi yang biasa dikenal sebagai
tawuran pelajar/masal merupakan hal yang sudah terlalu sering kita
saksikan, bahkan cenderung dianggap biasa. Pelaku-pelaku tindakan aksi
ini bahkan sudah mulai dilakukan oleh siswa-siswa di tingkat SLTP/SMP.
Hal ini sangatlah memprihatinkan bagi kita semua
Aksi-aksi
kekerasan yang sering dilakukan remaja sebenarnya adalah prilaku agresi
dari diri individu atau kelompok. Agresi sendiri menurut Scheneiders
(1955) merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu
yang ditampakkan dalam bentuk pengrusakan terhadap orang atau benda
dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal)
dan perilaku non verbal.
Agresif
menurut Murry (dalam Halll dan Lindzey,1993) didefinisiakan sebagi
suatui cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai,
menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau secara singkatnya
agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau
merusak milik orang lain.
Perilaku
agresif menurut David O. Sars (1985) adalah setiap perilkau yang
bertujuan menyakiti orang lain, dapat juga ditujukan kepada perasaan
ingin menyakiti orang lain dalam diri seseorang.
Sedangkan
menurut Abidin (2005) agresif mempunyai beberapa karakteristik.
Karakteristik yang pertama, agresif merupakan tingkah laku yang bersifat
membahayakan, menyakitkan, dan melukai orang lain. Karakteristik yang
kedua, agresif merupakan suatu tingkah laku yang dilakukan seseorang
dengan maksud untuk melukai, menyakiti, dan membahayakan orang lain atau
dengan kata lain dilakukan dengan sengaja. Karakteristik yang ketiga,
agresi tidak hanya dilakukan untuk melukai korban secara fisik, tetapi
juga secara psikis (psikologis), misalnya melalui kegiatan yang menghina
atu menyalahkan.
Dari beberapa
definisi yang telah dikemukakan maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa
prilaku agresif adalah sebuah tindakan kekerasan baik secara verbal
maupun secara fisik yang disengaja dilakukan oleh individu atau
kelompok terhadap orang lain atau objek-objek lain dengan tujuan untuk
melaukai secara fisik maupun psikis.
Pertanyaannya
kemudian adalah faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi pemicu
perilaku agresi tersebut? Mengapa kasus-kasus sepele dalam kehidupan
sosial masyarakat sehari-hari dapat tiba-tiba berubah menjadi bencana
besar yang berakibat hilangnya nyawa manusia? Mengapa Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya kita memahami terlebih
dahulu apa saja penyebab perilaku agresi.
Menurut Davidoff perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Faktor Biologis
Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu:
a. Gen
tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur
perilaku agresi. Dari penelitian yang dilakukan terhadap binatang,
mulai dari yang sulit sampai yang paling mudah dipancing amarahnya,
faktor keturunan tampaknya membuat hewan jantan yang berasal dari
berbagai jenis lebih mudah marah dibandingkan betinanya.
b. Sistem otak yang
tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau menghambat
sirkuit neural yang mengendalikan agresi. Pada hewan sederhana marah
dapat dihambat atau ditingkatkan dengan merangsang sistem limbik (daerah
yang menimbulkan kenikmatan pada manusia) sehingga muncul hubungan
timbal balik antara kenikmatan dan kekejaman. Prescott (Davidoff, 1991)
menyatakan bahwa orang yang berorientasi pada kenikmatan akan sedikit
melakukan agresi sedangkan orang yang tidak pernah mengalami kesenangan,
kegembiraan atau santai cenderung untuk melakukan kekejaman dan
penghancuran (agresi). Prescott yakin bahwa keinginan yang kuat untuk
menghancurkan disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menikmati sesuatu hal
yang disebabkan cedera otak karena kurang rangsangan sewaktu bayi.
c. Kimia darah.
Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor
keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi. Dalam suatu
eksperimen ilmuwan menyuntikan hormon testosteropada tikus dan beberapa
hewan lain (testosteron merupakan hormon androgen utama yang memberikan
ciri kelamin jantan) maka tikus-tikus tersebut berkelahi semakin sering
dan lebih kuat. Sewaktu testosteron dikurangi hewan tersebut menjadi
lembut. Kenyataan menunjukkan bahwa anak banteng jantan yang sudah
dikebiri (dipotong alat kelaminnya) akan menjadi jinak. Sedangkan pada
wanita yang sedang mengalami masa haid, kadar hormon kewanitaan yaitu
estrogendan progresteronmenurun jumlahnya akibatnya banyak wanita
melaporkan bahwa perasaan mereka mudah tersinggung, gelisah, tegang dan
bermusuhan. Selain itu banyak wanita yang melakukan pelanggaran hukum
(melakukan tindakan agresi) pada saat berlangsungnya siklus haid ini.
2. Faktor lingkungan
Yang mempengaruhi perilaku agresif remaja yaitu:
a. Kemiskinan
Remaja
yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka
secara alami mengalami penguatan. Hal yang sangat menyedihkan adalah
dengan berlarut-larut terjadinya krisis ekonimi dan moneter menyebabkan
pembengklakan kemskinan yang semakin tidak terkendali. Hal ini berarti
potensi meledaknya tingkat agresi semakin besar. Ya walau harus kita
akui bahwa faktor kemiskinan ini tidak selalu menjadikan seseorang
berperilaku agresif, dengan bukti banyak orang di pedesaan yang walau
hidup dalam keadaan kemiskinan tapi tidak membuatnnya berprilaku
agresif, karena dia telah menerima keadaan dirinya apa adanya.
b. Anoniomitas
Terlalu
banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia menjadi sangat
impersonal, artinya antara satu orang dengan orang lain tidak lagi
saling mengenal. Lebih jauh lagi, setiap individu cenderung menjadi
anonim (tidak mempunyai identiras diri). Jika seseorang merasa anonim ia
cenderung berperilaku semaunya sendiri, karena ia merasa tidak terikkat
dengan norma masyarakat da kurang bersimpati dengan orang lain.
c. Suhu udara yang panas
Bila
diperhatikan dengan seksama tawuran yang terjadi di Jakarta seringkali
terjadi pada siang hari di terik panas matahari, tapi bila musim hujan
relatif tidak ada peristiwa tersebut. Begitu juga dengan aksi-aksi
demonstrasi yang berujung pada bentrokan dengan petugas keamanan yang
biasa terjadi pada cuaca yang terik dan panas tapi bila hari diguyur
hujan aksi tersebut juga menjadi sepi.
Hal
ini sesuai dengan pandangan bahwa suhu suatu lingkungan yang tinggi
memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan
agresivitas. Pada tahun 1968 US Riot Comision pernah melaporkan bahwa
dalam musim panas, rangkaian kerusuhan dan agresivitas massa lebih
banyak terjadi di Amerika Serikat dibandingkan dengan musim-musim
lainnya (Fisher et al, dalam Sarlito, Psikologi Lingkungan,1992
3. Kesenjangan generasi
Adanya
perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan orang
tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin
minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi antara orang
tua dan anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku
agresi pada anak.
4. Amarah
Marah
merupakan emosi yang memiliki cirri-ciri aktifitas system saraf
parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat
yang biasanya disebabkan akarena adanya kesalahan yang muingkin
nyata-nyata salah atau mungkin tidak (Davidoff, Psikologi Suatu
Pengantar, 1991). Pada saat amrah ada perasaan ingin menyerang, meninju,
menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang
kejam. Bila hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresif.
5. Peran belajar model kekerasan
Model
pahlawan-pahlawan di film-film seringkali mendapat imbalan setelah
mereka melakukan tindak kekerasan. Hal bisa menjadikan penonton akan
semakin mendapat penguatan bahwa hal tersebut merupakan hal yang
menyenangkan dan dapat dijadikan suatu sistem nilai bagi dirinya. Dengan
menyaksikan adegan kekerasan tersebut terjadi proses belajar peran
model kekerasan dan hali ini menjadi sangat efektif untuk terciptanya
perilaku agresif.
6. Frustasi
Frustasi
terjadi bila seseorang terhalang oleh ssesuatu hal dalam mencapai suatu
tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu.
Agresi merupakan salah satu cara merespon terhadap frustasi. Remaja
miskin yang nakal adalah akibat dari frustasi yang behubungan dengan
banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan adanya kebutuhan
yang harus segera tepenuhi tetapi sulit sekali tercap[ai. Akibatnya
mereka menjadi mudah marah dan berprilaku agresi.
7. Proses pendisiplinan yang keliru
Pendidikan
disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan
dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh
yang buruk bagi remaja (Sukadji, Keluarga dan Keberhasilan Pendidikan,
1988). Pendidikan disiplin seperti akan membuat remaja menjadi seorang
penakut, tidak ramah dengan orang lain, membenci orang yang memberi
hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif dan pada
akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang
lain.
Sejak manusia dilahirkan ke
dunia ini ia akan melewati beberapa priode kehidupan hingga saat dia
sampai ke liang lahad. Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian
menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar
dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang
harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki
ciri-ciri tersendiri, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai
masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering
menimbulkan kekuatiran bagi para orangtua. Masa remaja sering menjadi
pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi si remaja sendiri, masa
ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena
itu, dengan mengetahui faktor penyebab seperti yang dipaparkan di atas
diharapkan dapat diambil manfaat bagi para orangtua, pendidik dan
terutama para remaja sendiri dalam berperilaku dan mendidik generasi
berikutnya agar lebih baik sehingga aksi-aksi kekerasan baik dalam
bentuk agresi verbal maupun agresi fisik dapat diminimalkan atau bahkan
dihilangkan.
Khalil Gibran
mengatakan bahwa anak adalah ibarat anak panah. Pertanyaannya, sudahkah
anak panah ini memperoleh kebebasan untuk mengarahkan kemana yang ia
tuju? Ataukah demi gengsi, atau apalah yang lain anak panah itu akan
dibawa dan ditancapkan pada sasaran? Remaja adalah sebuah generasi dari
suatu peradaban. Karenanya mempunyai peran strategis dalam perencanaan
pembangunan dan bahkan pada arah serta pelaku pembangunan itu sendiri.
Namun demikian perlakuan yang salah pada remaja baik yang nakal maupun
yang tidak oleh para orangtua dan pengambil kebijakan justru akan
berakibat semakin buruk pada peradaban bangsa itu.
Pertanyaan
terakhir adalah sudahkan kita mengambil langkah-langkah yang tepat guna
mengarahkan perbuatannya kepada hal yang lebih positif?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar